Sabtu, 30 Januari 2016

BEFORE YOU ASK A FAVOR





Suatu malam di kafetaria, seorang teman dari negara lain menghampiri saya.

Ada apa ya? Kok tumben. Pikir saya dalam hati.

Dia membuka pembicaraan dengan mengobrol tentang presentasi pada International Communication class di minggu yang akan datang. Di kelas tersebut, kami diminta untuk presentasi tentang sains dan teknologi di negara masing-masing.

But in that day I have another presentation.

Oh, really? It will be held at the same time? kata saya sambil mengambil teh untuk minum.

No, the other presentation is at the morning.

Hooo I see, but I think you shouldn't put many effort. Karena presentasinya sederhana kok, lagian waktunya cuma 7 menit. saya meyakinkan.

Yes, but it is very important presentation to me.

I see your presentation at another class about Youyou Tu.

(If you know who Youyou Tu is, you will easily guess where my friend is come from)

Y.....eeees. Kata saya lambat.

Can I have that slide? May I use that powerpoint?

Saya tidak begitu ingat apa yang dia katakan, intinya dia ingin menggunakan slide saya untuk presentasi dia.
Reaksi saya? Bingung! Bingung karena dia terang-terangan bilang ingin memakai slide saya (actually not my slide but my group slide), dan bagaimana ya cara menolaknya? Jujur, saya bukan tipe orang yang bisa dengan mudah bilang 'No' karena saya kadang suka nggak enakan dan lebih mementingkan hubungan atau relasi yang baik.

Sekitar beberapa detik jeda, saya jawab dengan tenang I will consider about it. Lets talk tomorrow.

Selesai mengambil teh, saya kembali ke meja makan saya sambil berpikir win-win solution. Yang sebenarnya bukan win-win solution buat saya.

Setelah menaruh teh di meja, Saya menghampiri dia.

Ok then give me your email, I will send the file to you.

Jadi, yang ada dalam pikiran saya, saya akan mengirim file ke dia dengan mengeditnya ter. Saya lebih dahulu. Biar ga copas-copas banget gitu lah.

Dia menjawab,

Oh, actually I already got the file from one of your group member. But she told me to ask you since you are the leader.

Saya tidak bisa berkata-kata lagi. Dia bahkan sudah punya filenya. Karena tidak ada hal lain yang bisa saya lakukan, saya bilang ke dia 'Then, please modified the slide. Modified ya, modified' serius, saya bilang sampe tiga kali.

Satu hal yang membuat saya tidak habis pikir adalah, kok dia berani banget ya meminta hal semaca itu kepada saya? Yang notabene saya bukan orang yang terlalu dekat dengan dia, hanya ketemu di kelas dan di kampus. Apa dia tidak takut kalau misalnya saya bilang ke sensei kalau itu slide saya?

***

Hari presentasi pun tiba, saya tidak menemukan perubahan signifikan pada slide saya yang dia gunakan. Hanya tambahan logo negara dia, dan desain grafik yang berbeda. Sudah.

***

Dari kejadian ini saya jadi belajar 2 hal.

Pertama, sebagus apapun suatu karya yang kita klaim sebagai kerja keras kita, sesungguhnya di dalam hati kita merasa malu. Malu karena memang pujian itu bukan milik kita. Berbeda kalau kita mempersembahkan karya kita sendiri. Meskipun orang berkata itu tidak bagus, kadang dalam diri kita merasa bangga karena setidaknya kita mampu berkarya walaupun belum begitu bagus. Kita juga pasti bisa menerima masukan-masukan dari orang lain yang tentu akan semakin memperkaya kemampuan kita.

Kedua, sesibuk apapun, setidak mungkin apapun, cobalah untuk mengerjakan atau menyelesaikan masalah sendiri. Saya sendiri dulu juga sering sedikit-sedikit minta tolong teman. Padahal teman yang kita minta bantuan belum tentu lebih mampu dari kita kan? Belakangan saya menerapkan untuk tidak cepat meminta tolong kepada orang lain. Saya mencoba kemampuan diri sendiri terlebih dahulu. Meminta tolong orang lain adalah opsi terahir setelah saya merasa benar-benar tidak mampu untuk melakukannya. Hasilnya? Saya merasa saya tidak selemah itu, lebih tepatnya saya merasa puas karena bisa menyelesaikan suatu masalah yang saya pikir saya tidak bisa menyelesaikannya. Dan juga dengan melakukan hal seperti itu kita tidak mudah bergantung pada orang lain.

So, before you ask favor to other people, think again whether you really can't do it?

Senin, 18 Januari 2016

SALJU PERTAMA DI MUSIM DINGIN





Hari ini salju pertama di musim dingin turun.

Tadi malam aku dengar seperti suara hujan atau gerimis? Aku pikir tumben hujan. Biasanya hari-hari di musim dingin di Tokyo hanya dipenuhi angin yang kencang hingga dinginnya ke tulang.

Tadinya aku tidak berharap melihat salju karena hampir semua orang bilang kalau musim dingin di Tokyo cuma kebagian dingin doang, ngga ada salju.

Tapi hari ini berbeda, pagi-pagi ketika aku membuka jendela kamar, semuanya putih. Aku diam sesaat lalu bergegas mandi karena tak sabar menikmati hari ini yang penuh salju. Lembutnya butiran salju membuatku jadi bersemangat ke kampus pagi ini. Padahal awalnya aku tidak bersemangat ke kampus karena ada zemi. Tapi sudahlah, bukannya setiap senin juga ada zemi?

Ketika semua orang terlambat karena kereta delay, aku berlari-lari di atas salju.

Menikmatinya sebelum petugas membersihkan salju yang berserakan di jalan raya. Menikmatinya sebelum larut terguyur hujan.

I was amazed when I see all rooftop, road, and tree becomes white. It is pure. It is snow. The first snow come in winter and in my life.

Sabtu, 16 Januari 2016

KINDNESS OF JAPANESE PEOPLE



It's too naive if I said that I am not convenient to lived in Japan. I love the people so much. They are warm, introvert, and not used to get to other people business. Rather than people in Indonesia, I can say that Japanese are respect each other.


Although they are polite, and kind at the same time. And the term of kindness they had is somewhat positive impression.


I must say that the culture in Japan is homogenize. Almost all people has similar attitude and identical each other. It is rare to find a different attitude or behavior of Japanese people. I have heard that being different is kind of embarrassing thing.


For the example, all along day they've set the schedule very punctual. Arrive at the office at 9, lunch at 12.15, and go back home at 6. They are very submissive to the schedule given. So, you must be disappointed not to find the Japanese people in cafeteria, except at lunch time. Because they do lunch only at lunch time.


Back to the topic about the Japanese people attitude. In video above, we can see those parent are calmly to leave their child in public. Why? Because they do believe in society. In the station near by my dorm, I often see parent take their child until station gate and leave him/her to ride the train by their-selves. I even ever see the 8 ish year old child go ride train alone. Oh they are so brave. or they believe the society will kept them save?


I remember when I attended welcoming ceremony of new student in Tokyo Tech. So, when I came to the campus, I can't found the building where the ceremony held. Then I asked to a woman officer about the location of building for welcoming ceremony. This woman show me the place, take me until the entrance door of the room where the ceremony held and make sure I don't get lose, instead of using map of the pointed finger. I remember she said "Ganbatte!". But, at the moment I felt guilty because she walk very far only for take me here so I don't get lose.


We can see the kindness bequeat inside their childern heart. They are pure and innocence.

And what I like from children in Japan, they are very cute and do like child in their age.


Oh, I must admit that I am fall in love with Japan. I love their warmness!

FUSHIMI INARI-TAISHA












Jumat, 15 Januari 2016

AYAM-YA KYOTO





Awalnya saya sempat khawatir menemukan tempat makan halal di Kyoto. Setelah googling sana-sini saya menemukan salah satu tempat makan halal dekat stasiun Kyoto. Namanya Ayam-Ya. Menu utamanya adalah chicken broth ramen. Hohoho.


Tempatnya tidak terlalu besar namun relatif mudah ditemukan karena tulisan pada papan depan menggunakan huruf romaji. Lokasinya juga dekat dengan jembatan penyebrangan dan tepat di samping jalan raya.


Ternyata Ayam-ya lumayan terkenal lho di kalangan wisatawan Indonesia. Lebih tepatnya di kalangan wisatawan muslim sih. Di dalam, saya sempat melihat ada tulisan dari Hanung bramantyo yang ditempel di dinding, lengkap dengan tanda tangan dan fotonya, sebagai tanda ia pernah makan di sini. Waktu saya datang juga ada wisatawan dari Indonesia dan Brunei.


Menurut saya, tempat makan ini sangat muslim friendly, bagaimana tidak, makanan yang dijual di sini sudah mendapat sertifikasi halal dari organisasi Jepang dan menyediakan tempat sholat. Nyaman banget deh makan di sini. Apalagi kalau baru datang ke Kyoto dalam keadaan kelaparan hehehe.


Rasanya? Hmm, standar sih. Meskipun saya pesan spicy ramen, tetap saja harus menambahkan bubuk cabe hahaha. Senior saya saja sampai terheran-heran melihat saya menaburkan bubuk cabe sebanyak itu.



AYAM YA

2-1-11, Mikatakonyacho, Shimogyo-ku Kyoto-shi, Kyoto 600-8238

NEVER EXPECT, JUST DO YOUR BEST







Saya termasuk orang yang sering membuat resolusi tahunan. Tak jarang pula resolusi tersebut tidak terwujud, entah karena tidak ada kesempatan atau memang tidak sungguh-sungguh mewujudkannya. Justru, hal-hal yang tidak pernah saya rencanakan terjadi and surprised me!

Beberapa minggu lalu, supervisor saya meminta saya pergi ke Kyoto. Kebetulan, riset saya kolaborasi dengan salah satu laboratorium di Kyoto University. Sejak awal masuk lab, saya sadar akan kemampuan saya. Apalagi bidang yang saya kerjakan sekarang benar-benar baru. Saya sudah berpesan ke diri saya sendiri agar tidak terlalu ambisius. Setidaknya bisa mengikuti dan ngga ketinggalan banget deh udah cukup bagi saya. Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya saya pergi ke Kyoto untuk keperluan riset. Teman-teman saya bilang itu rejeki, tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama.

Supervisor meminta saya untuk presentasi tentang riset di Kyoto Univ. Saya kerjakan dengan sebaik mungkin dong agar saya ngga malu-maluin saat presentasi nanti karena saya adalah tipe orang yang tidak bisa melakukan sesuatu yang tiba-tiba dan mendadak. Oleh karena itu, persiapan yang matang adalah hal yang sangat penting bagi orang seperti saya.

Done! Saya kirim draft presentasi saya ke supervisor.

Beliau membalas.

Wonderful! Good job!

"Aduh, supervisor saya bilang begini karena memang beneran bagus atau karena beliau terlalu sopan ya untuk bilang 'jelek' kepada saya?" Soalnya saya tahu bahwa orang Jepang itu sangat sopan.

Ternyata, apa yang beliau bilang itu bukan basa-basi. Kemudian beliau mendatangi saya dan berkata "Saya sudah lihat file presentasi kamu. Bagus sekali dan saya rasa kamu bisa ikut JSAP"

Saya kaget dong. Kenapa saya tiba-tiba disuruh ikut meeting segala.

"Tapi, sensei, data saya bla bla bla"

Saya bilang kalau saya sendiri belum pede dengan hasil yang saya peroleh. Apalagi saya masuk lab ini baru 3 bulan lalu.

Supervisor saya terus mendesak hingga akhirnya saya bilang 'yes'.

Saya tahu bahwa senior-senior di lab sedang mempersiapkan paper untuk JSAP ini. Saya sendiri, karena baru masuk lab dan baru memulai riset jadi belum ikut dulu. Memang, saya punya resolusi bisa ikut conference tahun ini, tapi saya berencana akhir tahun saja agar data yang diperoleh sudah cukup bagus dan banyak.

"Deadline abstraknya 14 Januari jam 5 sore," lanjutnya.

Itu berarti 3 hari lagi.

Sedangkan besok dan lusa saya akan pergi ke Kyoto.

Saya menelan ludah, lemes saat itu juga. Mendadak saya merasa ada beban berat yang harus diemban. Tapi saya juga bersyukur, saya diberi kepercayaan oleh supervisor saya. Saya masih tidak percaya, bagaimana coba bikin abstrak dalam 1 hari?

14 Januari, akhirnya saya bisa menyelesaikan abstrak dan mensubmit hari itu juga. Hari sebelumnya, saya merasa tidak bisa menyelesaikannya dan mengeluh kenapa saya harus menyelesaikan hal ini. Bahkan saya tidak mempercayai kalau saya mampu melaluinya. Setelah revisi dengan supervisor, dia bilang 'I have to amazed that you are able to do presentation and this abstract manuscript very good. Many people (in Kyoto Univ) didn't expect that you just joined my laboratory on October, '

Saya, orang yang sering pesimis dengan diri sendiri akhirnya merasa bangga bahwa saya mampu menyelesaikannya, hal yang awalnya saya kira tidak mampu.

Saya jadi belajar, seringkali kita mengharapkan sesuatu, tapi kita lupa untuk memperjuangkannya. Sedangkan orang-orang yang memperjuangkan sesuatu tanpa berharap apa-apa, justru ia akan memperoleh kejutan manis setelah berjuang.

Never expect thing to happen, it's better to feel surprised than to feel disapointed.