Jumat, 25 Januari 2013

LEWAT STIKER


Sebuah stiker di simpang pasar bertuliskan
"Kami akan menang tanpa uang"

Senyumnya tertoreh
Di situ orang-orang berhenti
menyiapkan tiang pembatas
Hingga sederet kata muncul dan ikut campur
"Beri kami doa, maka kami lepaskan derita"

Esok hari,
Trotoar bergeser ke timur
sekalian mengecilkan badan untuk sang calon pemenang
Kakilima beringsut mundur
memberi jarak membentang


"Beri jalan buat gubernur"

Ada pesan yang tiba
dalam sebuah poster di simpang pasar
yaitu keeksisan dalam gambar
yang sia-sia

Minggu, 20 Januari 2013

SUARA

Bahasa yang bisa kugunakan sekarang hanya bibir dan airmata.Aku tak mampu lagi marah dan kecewa, hanya menunjukkan keberadaan emosi itu lewat aliran air dari mata. Dan, andai kau tahu begitu sulitnya bagiku menujukkan ekspresi lewat raut muka.

Tanpa suara, aku seperti orang yang sakit perut tapi tak bisa kentut. Lewat baulah kentut menunjukkan keberadaannya, meski tidak ada yang menginginkannya. Aku pun begitu, hanya ingin suara. Berbicara. Bercerita.

Aku tak ingat berapa kali kamu memintaku bercerita. Tentang seorang puteri yang diperebutkan dua pangeran, tapi dia memilih pergi daripada terjadi pertarungan. Baginya, cinta ya mengalir begitu saja, tidak perlu mengorbankan nyawa untuk dapat pengakuan bahwa ia telah dapat cintanya. Cinta puteri.

Itu adalah salah satu cerita yang paling kamu suka. Cerita puteri yang memilih mati damai, meski ia tahu ia tak bisa menemui cinta sejatinya. Kamu selalu memintaku mengulang-ulang. Entah mengapa kamu tertarik, katamu "Seperti cinta, mengalir begitu saja."

Namun sekarang aku tak bisa bercerita, pita di tenggorokanku tak bergetar sama sekali. Aku ..............tak bersuara.

Lalu aku mencoba bercerita dengan bahasa yang ada, mimik muka dan gerak tangan. Tapi kamu tidak mau mengerti, kamu selalu pergi jika aku ingin bercerita tentang puteri yang kehilangan suaranya.

Sejak itu, kamu tidak pernah muncul. Kuharap tidak terjadi sesuatu apa-apa padamu. Aku hanya ingin kamu baik-baik saja.


Bertahun-tahun aku menunggumu tanpa ada kabar dan aku pikir suatu saat kamu akan kembali dan bilang "Aku ingin kembali dan mendengar ceritamu tentang suara"

Sabtu, 19 Januari 2013

JAKARTA

Malam ini kota terbuat dari hujan
anak kecil tertindas
tanah tak tahan lagi
lalu amblas

Banyak yang bertanya jawaban
Jakarta besok akan terbuat dari apa
Mungkinkah dari gedung hunian?
lalu membikin hujan dijadikan tertawaan

Tapi aku tahu tak seseorang pun
akan menawarkan cerita baru untuk Jakarta
yang terjaga setiap malam
yang tak pernah tidur sepanjang zaman

Sedang di bantaran kali sampah tumpah
Jakarta sampai lelah

Tidak menarik,
lantas aku menyimpulkan
Jakarta  hilang

entah ditelan tanah ataupun hujatan


Kamis, 17 Januari 2013

MOVIE REVIEW: 17 AGAIN

Awalnya, saya kira setelah nonton film ini saya akan lebih memaknai masa-masa remaja saya seperti nama filmnya "Seventeen Again".
Setelah nonton sampai selesai, ternyata dugaan saya salah, saya kira begitu.
Pemain utama yang diperankan oleh Zac Effron adalah seorang pemuda yang masuk tim basket andalan sekolahnya. Kebetulan saat itu Zac ingin masuk perguruan tinggi favoritnya dan salah satu syaratnya adalah memenangkan pertandingan basket antar sekolah.

Sayang, saat tengah bertanding basket yang memperebutkan juara agar dia bisa diterima di perguruan tinggi itu, pacarnya datang. Dia bilang dia hamil, hasil hubungannya dengan Zac, tapi Zac tidak harus menikahinya. Kata cewek itu sedih.

Tapi, di saat itu pula Zac berubah pikiran. Dia memilih menikahi cewek itu dan meninggalkan timnya yang sedang bertanding. Alhasil, cita-citanya untuk masuk perguruan tinggi harus diurungkan.

Alur film ini maju beberapa tahun kemudian, saat Zac lebih tua 18 tahun saat ia bertekad menikahi pacarnya itu. Selama 35 tahun itu rumah tangga Zac tidak begitu harmonis, ia lebih suka menyesali keputusannya saat meninggalkan timnya kala itu dibanding menjadi suami yang memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya.

Hingga pada suatu saat dia bertemu dengan kakek tua yang menjanjikannya untuk bisa kembali ke umur 17 tahun lagi. Tentu Zac senang, akhirnya ia bisa mengubah keputusannya saat itu yang disesalinya hingga sekarang.

Sim salabim !

Jadilah Zac manusia berwujud 17 tahun dengan pikiran 35 tahun sebagai ayah dan suami. Kebetulan anak-anaknya sekolah di sekolahnya dulu sehingga ia bisa bertemu dengan anak-anaknya sebagai seorang sahabat.

Mungkin di bagian ini yang paling saya sukai. Ternyata maksud kakek tua itu mengubahnya menjadi manusia 17 tahun bukan semata-mata untuk memenuhi keinginan Zac yang dulu gagal. Tapi saat ia menjadi manusia 17 tahun ia bisa tahu kelakuan anak-anaknya di sekolah. Mulai dari putrinya yang berpacaran(keterlaluan) dengan salah satu berandal(yang juga pengecut) di sekolah itu. Dan putranya, yang lebih muda yang diremehkan oleh teman-temannya.

Begitu juga dengan istrinya. selama ini ia yang selalu ingin dimengerti oleh istrinya akhirnya tahu bahwa yang ia lakukan selama ini adalah salah.

Akhirnya episode yang sebelumnya pernah terjadi, terjadi kembali. Zac yang telah diterima di sekolahnya yang dulu kembali bertanding basket untuk memperebutkan juara, dan lagi-lagi wanita itu datang. Namun, kini ia sadar bahwa selama ini yang ia inginkan adalah mengubah masa lalu. Hal yang tidak mungkin. Justru yang ia lakukan adalah menyia-nyiakan hal yang ia miliki, keluarganya.