Sabtu, 07 Desember 2013

JARAK

Kalau mengutip kalimat di roman milik Iwan Simatupang "Koong" : "...begitu jauhnya kita berjarak dengan diri kita sendiri"
Bisa jadi saya mengenal anda yang sedang membaca tulisan ini, teman-teman, keluarga dengan baik. Memaklumi segala kelebihan dan kekurangan mereka. Tak segan-segan mengkritik mereka bila keliru.
Bisa jadi, saya tidak mengenal diri sendiri seperti saya mengenal orang lain. Tidak berani mengakui kekurangan, tidak berani mengkritik diri sendiri. Berat sekali rasanya untuk berkenalan dengan diri sendiri.


Jadi diri sendiri, sebelum diri kita diperankan oleh orang lain.

Sabtu, 09 Maret 2013

MENDENGARMU SUDAH CUKUP

kamu pasti tidak akan percaya aku mampu merasakanmu lewat lagu. sudah setahun lebih kita tak merayakan momen itu. ketika masing masing kita mengirim pesan lewat nada. andai kamu tahu, aku sedang mendengarkanmu, sayang. sekarang.

lewat suara itu aku membayangkan kamu tiba tiba datang kemari. tidak membawa apa apa kecuali rasa aman. kemudian aku tak akan pergi kemana mana. tidak juga pergi beranjak melihat dunia. karena duniaku ada di ujung detak dada. kamu.

setahun lalu, ketika kamu menghilang, mataku seakan tertutup kabut. putih dan tebal. hingga aku tak mampu lagi melihat jalan. udata ini terlalu pekat dan dadaku mendadak sesak. aku sendirian di situ, tak ada orang yang meraih tanganku dan menunjukkan arah.

kalau saja kamu tahu, dunia dan aku hanya berbatasan oleh sebuah jendela. tampak jelas di luar sana namun tak bisa kugapai. barangkali hanya bayang baanhnya lewat kaca saja yang dapat kupahami. namun sampai saat ini tak pernah bisa kumengerti mengapa aku mesti ketakutan akan sepi, mengapa aku hanya bisa bercengkerama dengan nada.

tidak ada yang merengkuhku dalam keheningan ini, sayang. tidak kamu, tidak siapapun.
aku terlampau takut untuk berjalan atau sekadar memilih kesempatan.

sedang kamu terlampau imajinatif untuk kugapai.

tapi aku cukup puas, bisa mendengarkanmu lewat udara.
lewat suara
lewat nada
dari jendela

Rabu, 27 Februari 2013

KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO

Saya sudah pernah mendengar nama saprdi djoko damono. tapi baru kali ini saya kenalan dengan karya2nya. sajak sajaknya bagus. tidak berlebihan dan halus. salah satu sajaknya yang saya suka adalah:

/
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
/

secara penuturan, saya pikir ada kemiripan antara karya goenawan mohammad dn sapardi djoko damono. kedua penulis sama sama menganggap penting irama dan diksi. meski katakata yang dipadukan juga tidak berlebihan.
makna puisinya juga dalam.

apapun itu yang ada dibalik pembuatannya, salut deh sama karya mereka berdua.

Jumat, 22 Februari 2013

MANUAL ATAU DIGITAL?

Jadi cerita ini berawal dari : Saya adalah tipe mahasiswa yang tidak begitu suka membawa banyak beban. Beban ini maksudnya secara harfian maupun pengertian, beban pikiran maupun pundak. Dalam satu hari paling tidak ada 2,3,4 mata kuliah yang masing-masing textbook-nya tebelnya setebel bantal. Belum lagi tetEk bengek perlengkapan selama di kampus. Mulai dari botol minum, binder, kotak pensil, payung, buku catatan kecil, laptop(sesekali aja kalau ada tugas) dan sebagainya dan sebagainya. Perlu diketahui, tas yang saya gunakan ke kampus adalah tas punggung mungil yang lebih cocok dipakai jalan-jalan daripada kuliah.

Sedangkan buku yang harus dibawa segitu banyak. Tidak setimpal kan? Makanya saat itu saya beranikan minta ke orang tua tab kecil. Yah seengganya saya ngga perlu bawa beban sekian kilogram buku referensi, cukup beberapa tab yang beberapa gram aja. Lagian, saya pikir saya tidak perlu membawa buku catatan kecil saya segala. Kan sudah ada kalender digital dan memo yang disediakan pada aplikasi tab. Lebih praktis, pikir saya.

Beberapa hari saya setelah ada catatan digital  itu saya mulai menyesuaikan diri. Nulis-nulis cataatn kecil gitu. Semacam things to do, to do list, the duties dsb. Tapi, lama-lama saya jadi kangen sama buku saya itu, yang mungil dan imut, bisa dicoret-coret pakai spidol atau ditempel post it. Ternyata meski praktis dan canggih, saya masih menyukai hal-hal manual yang keberadaannya ngga bisa digantikan sama alat digital. Saya ngga bisa gambar emot lucu atau nulis dengan berbagai macam warna atau gaya.

Sejak itu saya tetap membawa 'buku hutang' saya (karena mirip buku-buku yang digunakan pembukuan hutang pada tukang kredit) ke mana-mana. Meski tidak melupakan tab digital.
Terus gunanya beli tab apa?
Ya buat keperluan kuliah, baca ebook dimana saja. Download ebook dimana saja ngga perlu repot bawa laptop. Dan tentunya mengetik karena di dalamnya ada aplikasi microsoft office.







THE NIGHT ROAD

-->

Dear there
This road will not takE  a long time
It will be stopped when the moon are left in the cloud
And also leave us to folded each other arms
Without fighting a meaning
Without changing colour

Cause
The black will forever dark
And the  daylight will forever bright

Tomorrow
The sun will curdle in its daylight
So you have to joy of it
Here I just can let the life flows
That stumbling  or approaching with its silent
And settling
And you dont need to know
I dissolved with daylight

Dear there
This road will be end soon
After night melting with the morning
Be the dew
Be the narrow
After night broken off
Gone...broken....gone

Kamis, 21 Februari 2013

MOVIE (FROM BOOK) REVIEW: RECTOVERSO


Sebelum cerita ini divisualkan menjadi film, saya sudah berulang kali membaca bukunya. Dan anehnya tidak bikin bosan. Saya justru ingin membacanya lagi, mengulangnya kembali. Agar bisa menyusup sebentar di sela-sela ceritanya kemudian hanyut dalam kisahnya.

Ketika cerita ini difilmkan saya jadi ingin nonton. Saya ingin melihat imajinasi penulis, apakah memang seperti yang selama ini saya bayangkan?

Jadi, tadi malam saya putuskan menonton filmnya bareng sahabat-sahabat saya usai les.

Rectoverso the movie mengangkat 5 cerita dari bukunya. Hanya Isyarat, Curhat Buat Sahabat, Firasat, Malaikat Juga Tahu, Dan Cicak di Dinding. Pengambilan cerita yang hanya 5(cerita di buku berjumlah 11) mungkin berdasarkan layak tidaknya cerita itu divisualkan. Bahasa tulisan kan memang jelas berbeda jadi sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa visual.

Lanjut lagi. Dari kelima cerita tersebut yang paling saya jagokan adalah Malaikat Juga Tahu. Akting Lukman Sardi yang berperan sebagai abang keren banget. Dari situ saya menangkap pesan(yang sama dengan di buku) bahwa yang dapat membuat normal hidup Abang hanya 101 : 100 kotak sabun dan Leia(nama wanita yang dicintai Abang). Sampai pada akhirnya Abang menemukan bahwa syarat hidupnya hilang satu(yakni Leia) karena ia memutuskan untuk pindah kosan. Akfting paling keren adalah saat Abang tahu bahwa Leia sudah tak tinggal di situ lagi. Mendadak dunianya gempar. Hidupnya tak lagi utuh. Ngga berhenti sampai disitu, suatu kali Leia menemukan amplop berwarna cokelat yang bertuliskan :
Seratus itu sempurna, kamu itu seratus satu lebih dari sempurna.

Cerita yang lain saya pikir biasa saja. Endingnya datar gitu. Dan yang bikin ngga bagus adalah adegan begituan Saras dan Andre di Cicak di Dinding. Ngga perlu dan ngga penting. Beda banget sama cerita versi buku. Buat Firasat, endingnya juga ngga sesuai, si ceweknya ketabrak mobil(dan diasumsikan meninggal), tapi lumayan bagus. Soalnya mungkin pikiran sutradaranya kalau yang mati cowoknya udah klise karena udah tertebak di awal saat ceweknya bilang "Jangan pergi. dan Meninggal".

Curhat buat Sahabat lumayan bagus. Saya kira endingnya Amanda akan cerita tentang hal menyedihkan atau gimana gitu. Tapi ternyata Amanda menyadari bahwa "Seseorang yang akan membawakannya segelas air putih ada di depannya."

Sabtu, 09 Februari 2013

Jumat, 08 Februari 2013

NYALI

Apa yang bisa kau dengar dari
optimisme cuaca?

Barangkali seperti hari yang menunggu gelap
Barangkali hanya matahari yang terpanggang menunggu lenyap


Sebelum aku ditemukan
belajarlah berhenti dalam jeda
misalkan pada mentega
yang sayup-sayup hanyut dalam kudapan

Atau pada suara rokok kretekmu
yang mengendap-endap
tak percaya sambil terus
meniti nyali

begitulah harusnya kau belajar





Kamis, 07 Februari 2013

LABEL

Untuk semua kebersamaan dan kehangatan, kali ini tidak perlu label.
Sebut saja hubungan ini tidak bernama, tidak ada yang punya
Dan aku cukup tahu engkau selalu ada
Tidak butuh pertanda
atau embel-embel


PENONTON

Hari ini aku cuma ingin jadi penonton. duduk manis di sudut yang gelap dan tak terlihat. Menikmati adegan sambil sekali-sekali bergumam "yahh" atau "wow" atau komentar tidak penting "kok mau sih?" dan semacamnya.

Aku tahu tak akan ada orang yang mau ambil peduli tentang keberadaanku, sang penonton. Yang hadir, mungkin hanya sebagai pelengkap.

Sedang di depan sana, di sebuah maha panggung yang mewah dan tempat sandiwara, sang aktor menjadi artis nomor satu. Dia yang ditunggu-tunguu. Ceritanya yang dinanti-nanti, sandiwaranya yang memukau.

Aku hadir ke sini, hanya untuk menjadi penonton. Entah penting atau tidak, setidaknya aku menyimak.

Senin, 04 Februari 2013

RADIUS

Hujan berdiri tepat di belakang radius
seolah ingin mengatakan
tak perlu terlalu erat untuk
bisa mendekat

Dalam radius orang-orang kebingungan
antara menggandeng maut atau
memulai perkelahian
"tetap di sana" kataku
kamu nakal
matamu berkelana
dan tanganmu mulai berisik
"aku mau di sana. jadi bagian cerita"

aku enggan bertiup
untuk sekedar memberimu jawaban 

Jumat, 25 Januari 2013

LEWAT STIKER


Sebuah stiker di simpang pasar bertuliskan
"Kami akan menang tanpa uang"

Senyumnya tertoreh
Di situ orang-orang berhenti
menyiapkan tiang pembatas
Hingga sederet kata muncul dan ikut campur
"Beri kami doa, maka kami lepaskan derita"

Esok hari,
Trotoar bergeser ke timur
sekalian mengecilkan badan untuk sang calon pemenang
Kakilima beringsut mundur
memberi jarak membentang


"Beri jalan buat gubernur"

Ada pesan yang tiba
dalam sebuah poster di simpang pasar
yaitu keeksisan dalam gambar
yang sia-sia

Minggu, 20 Januari 2013

SUARA

Bahasa yang bisa kugunakan sekarang hanya bibir dan airmata.Aku tak mampu lagi marah dan kecewa, hanya menunjukkan keberadaan emosi itu lewat aliran air dari mata. Dan, andai kau tahu begitu sulitnya bagiku menujukkan ekspresi lewat raut muka.

Tanpa suara, aku seperti orang yang sakit perut tapi tak bisa kentut. Lewat baulah kentut menunjukkan keberadaannya, meski tidak ada yang menginginkannya. Aku pun begitu, hanya ingin suara. Berbicara. Bercerita.

Aku tak ingat berapa kali kamu memintaku bercerita. Tentang seorang puteri yang diperebutkan dua pangeran, tapi dia memilih pergi daripada terjadi pertarungan. Baginya, cinta ya mengalir begitu saja, tidak perlu mengorbankan nyawa untuk dapat pengakuan bahwa ia telah dapat cintanya. Cinta puteri.

Itu adalah salah satu cerita yang paling kamu suka. Cerita puteri yang memilih mati damai, meski ia tahu ia tak bisa menemui cinta sejatinya. Kamu selalu memintaku mengulang-ulang. Entah mengapa kamu tertarik, katamu "Seperti cinta, mengalir begitu saja."

Namun sekarang aku tak bisa bercerita, pita di tenggorokanku tak bergetar sama sekali. Aku ..............tak bersuara.

Lalu aku mencoba bercerita dengan bahasa yang ada, mimik muka dan gerak tangan. Tapi kamu tidak mau mengerti, kamu selalu pergi jika aku ingin bercerita tentang puteri yang kehilangan suaranya.

Sejak itu, kamu tidak pernah muncul. Kuharap tidak terjadi sesuatu apa-apa padamu. Aku hanya ingin kamu baik-baik saja.


Bertahun-tahun aku menunggumu tanpa ada kabar dan aku pikir suatu saat kamu akan kembali dan bilang "Aku ingin kembali dan mendengar ceritamu tentang suara"

Sabtu, 19 Januari 2013

JAKARTA

Malam ini kota terbuat dari hujan
anak kecil tertindas
tanah tak tahan lagi
lalu amblas

Banyak yang bertanya jawaban
Jakarta besok akan terbuat dari apa
Mungkinkah dari gedung hunian?
lalu membikin hujan dijadikan tertawaan

Tapi aku tahu tak seseorang pun
akan menawarkan cerita baru untuk Jakarta
yang terjaga setiap malam
yang tak pernah tidur sepanjang zaman

Sedang di bantaran kali sampah tumpah
Jakarta sampai lelah

Tidak menarik,
lantas aku menyimpulkan
Jakarta  hilang

entah ditelan tanah ataupun hujatan


Kamis, 17 Januari 2013

MOVIE REVIEW: 17 AGAIN

Awalnya, saya kira setelah nonton film ini saya akan lebih memaknai masa-masa remaja saya seperti nama filmnya "Seventeen Again".
Setelah nonton sampai selesai, ternyata dugaan saya salah, saya kira begitu.
Pemain utama yang diperankan oleh Zac Effron adalah seorang pemuda yang masuk tim basket andalan sekolahnya. Kebetulan saat itu Zac ingin masuk perguruan tinggi favoritnya dan salah satu syaratnya adalah memenangkan pertandingan basket antar sekolah.

Sayang, saat tengah bertanding basket yang memperebutkan juara agar dia bisa diterima di perguruan tinggi itu, pacarnya datang. Dia bilang dia hamil, hasil hubungannya dengan Zac, tapi Zac tidak harus menikahinya. Kata cewek itu sedih.

Tapi, di saat itu pula Zac berubah pikiran. Dia memilih menikahi cewek itu dan meninggalkan timnya yang sedang bertanding. Alhasil, cita-citanya untuk masuk perguruan tinggi harus diurungkan.

Alur film ini maju beberapa tahun kemudian, saat Zac lebih tua 18 tahun saat ia bertekad menikahi pacarnya itu. Selama 35 tahun itu rumah tangga Zac tidak begitu harmonis, ia lebih suka menyesali keputusannya saat meninggalkan timnya kala itu dibanding menjadi suami yang memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya.

Hingga pada suatu saat dia bertemu dengan kakek tua yang menjanjikannya untuk bisa kembali ke umur 17 tahun lagi. Tentu Zac senang, akhirnya ia bisa mengubah keputusannya saat itu yang disesalinya hingga sekarang.

Sim salabim !

Jadilah Zac manusia berwujud 17 tahun dengan pikiran 35 tahun sebagai ayah dan suami. Kebetulan anak-anaknya sekolah di sekolahnya dulu sehingga ia bisa bertemu dengan anak-anaknya sebagai seorang sahabat.

Mungkin di bagian ini yang paling saya sukai. Ternyata maksud kakek tua itu mengubahnya menjadi manusia 17 tahun bukan semata-mata untuk memenuhi keinginan Zac yang dulu gagal. Tapi saat ia menjadi manusia 17 tahun ia bisa tahu kelakuan anak-anaknya di sekolah. Mulai dari putrinya yang berpacaran(keterlaluan) dengan salah satu berandal(yang juga pengecut) di sekolah itu. Dan putranya, yang lebih muda yang diremehkan oleh teman-temannya.

Begitu juga dengan istrinya. selama ini ia yang selalu ingin dimengerti oleh istrinya akhirnya tahu bahwa yang ia lakukan selama ini adalah salah.

Akhirnya episode yang sebelumnya pernah terjadi, terjadi kembali. Zac yang telah diterima di sekolahnya yang dulu kembali bertanding basket untuk memperebutkan juara, dan lagi-lagi wanita itu datang. Namun, kini ia sadar bahwa selama ini yang ia inginkan adalah mengubah masa lalu. Hal yang tidak mungkin. Justru yang ia lakukan adalah menyia-nyiakan hal yang ia miliki, keluarganya.